Kawan, terima kasih sudah mau mampir di sini. Kalau sudah baca postingannya jangan lupa kasih kritik maupun saran buat blog ini dalam bentuk komentar, atau meninggalkan pesan di SINI. Kritik dan saran Kawan sangat aku butuhkan untuk menjadikan blog ini lebih baik lagi. Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir.

Posted by : Unknown Jumat, 06 Februari 2015


Kemarin Rabu, 4 Februari 2015, aku bersama beberapa teman lainnya pergi ke GNI (Gedung Nasional Indonesia). Kami, sebut saja, Alfian, Ravine, Syahrul, Eva, Farah, dan Kiky, kesana untuk melihat atau turut berpartisipasi dalam acara ‘5th Islamic Book Fair’. Tak sekedar berpartisipasi, ternyata ada beberapa cerita ‘konyol’ ketika kami berada di sana.
1.  Ravine gak jadi gak ikut gara-gara aku
Sehabis bimbel, mungkin sekitar pukul setengah 4 sore, aku berjalan bersama Alfian, Ravine, dan Syahrul keluar dari kelas. Aku tahu jika mereka hendak pergi ke GNI. Tapi, ternyata Ravine hendak tak jadi ikut. Kamu tahu kenapa alasannya? Alasannya cuma karena nanti pulangnya dia yang berbeda arah. Konyol bukan? Lalu, Alfian dan Syahrul pun menawariku untuk berpartisipasi, agar Ravine jadi ikut. Okelah, akhirnya aku termakan oleh ajakan mereka, dan akhirnya Ravine gak jadi gak ikut karena aku. Hehehe.
2.  Tragedi di parkiran
Aku menuju GNI bersama Ravine. Sesampainya di GNI, kami langsung menuju area parkiran, yang ternyata letaknya cukup dekat dari pintu masuk lokasi GNI. Tragedi pun terjadi. Bukan tragedi sih, cuma konyol aja. Di sana ada ibu-ibu agak gemuk, terlihat cukup tua yang menjadi juru parkirnya. “Yang, di sini yang parkirnya”, ucapnya untuk mengatur parkir montornya Ravine. Hal itu sontak membuatku menahan tawa. Bagaimana tidak, kata sapaannya sangat lucu, unik, dan tidak wajar. Lantas, hal itu menjadi guyonan yang sangat konyol.
3.  Niat awal dan trik beli buku yang konyol
Berbicara mengenai niat. Entahlah, niat awal kesana untuk apa. Yang jelas bukan untuk beli buku. Ya, mungkin dikarenakan kami lebih sayang kantong kami. Padahal, harga buku sudah didiskon besar-besaran. Sayang kantong, atau emang ga bawa duit? Eh, tapi jangan salah, kami juga punya trik lho. Jika pergi ke book fair tapi ga bawa duit, gini nih triknya. Sembunyikan buku yang mau dibeli di tumpukan yang kira-kira ga terjamah orang lain, lalu datang lagi besok untuk membelinya. Beres kan?
Ravine dan aku
Alfian
4.  Akhirnya ada yang punya EYD
Ini adalah cerita dari Ravine. Ia siswa yang sangat rajin dan benar memanfaatkan keadaan. Sudah di awal semester satu dulu, ketika ibu Guru meminta muridnya memiliki EYD, namun baru di semester dua ini si Ravine membeli EYD-nya. Di book fair lagi, pas harganya lagi dibanting sekeras-kerasnya. Kalau biasanya harganya 5000 rupiah, di sini ia mendapat harga 2000 rupiah saja, itupun ngga pakai uangnya sendiri, malah pinjem uangnya si Syahrul. Gimana, konyol ngga?
5.  Akhir cerita dan minta foto
Oke, yang terakhir. Meski niat awal kami ngga beli bukunya, tapi akhirnya sebagian besar dari kami membeli buku kok. Kiky membeli buku resep masakan dan arsitek, Farah membeli buku tentang matematika dan TOEFL, Syahrul tentang psikotes, Eva tentang bahasa Inggris dan psikotes, Ravine dengan EYD nya. Dan ternyata Alfian lah yang tetap pada pendiriannya untuk tidak membeli satu bukupun. Entah tidak ada yang ingin dibeli atau tak bawa uang. Emm, ga tau lah.

Ravine dengan EYD-nya
Syahrul, Farah, dan Eva dengan bukunya masing-masing
Eva, dan aku
Kiky dengan buku arsiteknya
Eva dengan bukunya
Selesai, kami pun keluar dari GNI dan hendak melakukan pengambilan foto. Ya, seenggaknya bisa dijadikan kenangan lah. Nah masalahnya ga ada orang yang bisa dimintai tolong buat fotoin. Untungnya, tak lama keluar siswi berpakaian putih abu-abu, yang juga siswi MAN 3 Kediri. Langsung si Kiky minta tolong buat nge-fotoin kita-kita.
Akhirnya foto besama


Udah, gitu aja.
Mr. R

{ 5 comments... read them below or Comment }

- Copyright © My Life, My Story, My World -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -