Kawan, terima kasih sudah mau mampir di sini. Kalau sudah baca postingannya jangan lupa kasih kritik maupun saran buat blog ini dalam bentuk komentar, atau meninggalkan pesan di SINI. Kritik dan saran Kawan sangat aku butuhkan untuk menjadikan blog ini lebih baik lagi. Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk mampir.
- Back to Home »
- luar biasa , sekadar cerita , seseorang »
- Sebuah Doktrinisasi
Posted by : Unknown
Selasa, 06 Mei 2014
‘Luwih becik nggelakne awak dewe, ketimbang nggelakne wong
liyo’, atau dalam
Bahasa Indonesianya, ‘Lebih baik membuat sakit hati diri sendiri, daripada
membuat sakit hati orang lain’. Itu merupakan sebuah ungkapan atau pepatah yang
pernah diucapkan oleh Ibuku. Pepatah tersebut juga menjadi prinsip Beliau.
Pertama aku mendengar kalimat itu ialah ketika aku masih
duduk di bangku Tsanawiyah. Ketika dalam suasana keluarga yang damai, bercerita
tentang peristiwa-peristiwa yang telah lalu, Ibu mengucapkan kalimat tersebut.
Pertama kali aku mendengarnya, aku langsung saja takjub dan
kagum. Entah mengapa, prinsip tersebut cukup hebat menurutku. Hal itu
menunjukkan sikap professionalisme, toleransi, dan saling menghargai.
Kekagumanku dan ketakjubanku membuat kalimat tersebut selalu
terngiang. Hingga akhirnya, aku mulai menerapkan prinsip tersebut. Saat itu,
aku mulai mengalami perubahan. Aku lebih bisa menghargai keadaan orang lain. Aku
juga mulai bisa mengalah, dan mencoba untuk menjaga. Aku bisa memahami apa arti
sebuah kehidupan. Apa arti perbedaan. Dan juga rasa hormat.
Karena prinsip tersebut, aku ingin menjaga perasaan orang
lain terhadapku. Tak ingin rasanya menyinggung mereka sama sekali. Aku juga
bisa merelakan keadaan-keadaan yang mungkin sangat tidak nyaman. Aku harus bisa
mentolerirnya. Entah siapa dia. Laki-laki atau perempuan, teman dekat maupun
yang belum kenal sekalipun.
Hal ini memang berat. Namun jika sudah terbiasa, mungkin akan
terasa ringan. Hal ini akan membawaku pada kebahagiaan tersendiri. Ketika aku bisa
melihat temanku tertawa bahagia, itulah masa kebahagiaanku sebenarnya. Hidupku juga
terasa lebih nyaman, benar-benar seperti tak ada beban untuk menjalani hidup
ini.
Terimakasih, Ibu.
Mr. R